Aku melupakan satu hal penting. Flash nya lupa kumatikan yang membuat Samosir tertawa dan temannya yang lain manggut-manggut. Lebih aku baik lari daripada jadi objek kekesalan.
Aku kembali ke tujuanku, mencari kamar mandi kosong. Akhirnya kudapatkan juga, sesaat sebelum Aslam keluar dari kamar mandi itu juga dan menyisakan aku sendiri di depan pintu masuk kamar mandi. Hera, tadinya Aslam kan ada di kamar mandi disana. Pusing, aku tertawa dan masuk ke dalam kamar mandi. Aku adalah penguasa tertinggi kamar mandi ini.
Tapi setelah masuk aku baru sadar aku lupa membawa handuk. Aku berlari kembali ke kamar dan kembali dengan beberapa antrian. Mungkin aku bukan penguasa yang sesungguhnya...
Harus kuakui air disana sangat dingin. Namun asyik juga melakukan sesuatu yang jarang dilakukan. Aku mengguyur badanku sampai merasa cukup membeku lalu keluar dengan handuk putih keluaran hotel.
Setelah ganti mengganti baju, aku melirik jaket dan senter ku yang kemarin malam gagal kugunakan. Aku pikir gak salah juga jalan-jalan sedikit sebelum sarapan. Aku memungut jaket dan senter dan berlari menembus cakrawala.
Tiba-tiba aku mendengarkan rengekan kuda. Sebuah rombongan kuda poni yang sedang sarapan menjawab pertanyaanku.
Cukup, aku gak mau menjadi peternak kuda...
Seratus buah soal, Matematika, Bahasa Inggris, Biologi, Fisika, dan TPA. Masing-masing 20 buah. Soalnya cukup mudah menurutku, aku tak memerlukan bolak-balik sana-sini untuk mencari jawaban. Berbanding terbalik dengan Tryout sebelumnya yang melebihi batas normal ku.
Setelah selesai, aku mengamati disekitar. Kelihatannya kawan-kawanku juga hampir selesai. Jadi kuhabiskan waktu sampai bel berbunyi dengan menatap wajah orang yang sangat kucintai.
Waktu habis.
Kakak kelas menunggu di luar kelas, membawakan snack untuk kami. Setidaknya menunda lapar. Kebiasaan setelah tes atau ujian : berdebat soal jawaban dan aku gak terlalu pusing untuk berdebat dengan kawan-kawanku. Aku lebih memilih menatap ke arah asrama cewek, menunggu datangnya sebuah keajaiban.
* * *
Kami digiring masuk ke kelas lagi. Kali ini bau reptil tadi nggak terlalu mengganggu, kayaknya daya adaptasi ku cukup tinggi. Kami di tunjukkan tentang yang mana yang haq dan batil di sekolah ini. Aku gak terlalu pusing untuk mengetahuinya, mengingat kembali tujuan awalku.
Setelah kakak tadi mensosialisasikan laws lawas nya, pengawasku tadi mengambil alih dan memberitahukan bahwa sesi wawancara akan dimulai. Semua calon siswa kecuali yang namanya disebut disuruh keluar ruangan. Dan sialnya, itu berarti Rapip lah yang pertama.
Setelah memberikan semacam pemberkatan kepadanya, kami semua keluar dengan perasaan was-was.
Aku teringat kepada saran Maman,"tenang dan sopan". Oke, itu gak cukup membantu.
Kucoba mencairkan suasana dengan ikut berdebat gak jelas dengan Aslam. Tak beberapa lama kemudian, Rapip keluar. Asumsi awalku dia sudah tak waras. Dia keluar dengan sedikit ketawa liar yang cukup aneh mengingat diantara kami dia lah yang paling bijaksana.
"Tenangmko saja cika, yang ditanya itu cuma disuruhki introduction, terus hobi sama prestasi. Aman ji itu, anak dubels jki", saran Rapip.
Hatiku cukup lega, Rapip sudah memercikkan sedikit api kedalam hatiku, tinggal aku yang memberinya sedikit minyak tanah semangat yang akan menghasilkan rasa kepercayaandiri yang tinggi.
Namaku dipanggil dan aku sudah siap.
* * *
Setelah memberi salam, pengawasku itu mempersilahkanku duduk.
Dia wanita separuh baya dengan mata coklat ganas yang seperti sudah hidup seribu tahun dan mengetahui segala hal. Kupikir dia bisa membaca pikiran juga.
"Bisa perkenalkan diri nak? Kalo bisa dalam bahasa Inggris", kata wanita tua itu.
"Yes, Ma'am,",jawabku agak gugup,"My name is Muhammad Shadiq, but u can call me Sadiq, I was born on 27th November 1995. I was the oldest child in my family. My dad name is Syaharuddin and my mother Johar, if u want to ask something else, please?", jawabku percaya diri, gak sia-sia pernah sekolah di RSBI.
"Ya, that's enough,", sambil memegang dagunya,"nak Sadiq suka main basket?"
Cukup, dia bisa membaca pikiranku,"I-iya bu "
"Oke, kalau prestasi akademik nya, Sadiq?"
Aku ingin berbohong dengan mengatakan,"Pikir bu, aku sudah mengalahkan ribuan murid seluruh Indonesia dalam olimpiade Matematika" atau "Prestasi sudah biasa, bu. Sekarang yang lagi kebanjiran beasiswa". Tapi aku lagi gak mood berbohong.
"Umm, terakhir ikut Olimpiade Biologi tingkat kota, bu. Sebelum-sebelumnya jarang diikutkan.", kataku.
"Baik, yang terakhir.", pandangannya berubah,"Ada sekolah lain yang jadi tujuan, Sadiq? Kalau lulus di Smudama pilih yang mana? Beserta alasan !", dengan pandangan *akan-kubunuh-nanti-kalau-nggak-pilih-smudama* barunya.
Aku berkeringat, mataku pedih, mulutku secara refleks berkata,"Jubels, bu. Kalau lulus di sini ya milih disini saja, soalnya banyak teman baru, selain itu suasana yang tenang serta bebas gangguan dari luar mungkin akan menempa saya jadi seorang yang berguna suatu saat nanti", aku baru sadar aku membohongi guru disaat pertamaku.
Matanya menipis, ia mungkin sedang berusaha mendeteksi sarkasme dalam pernyataanku.
"Baiklah, Sadiq. Well done ! Semoga kita ketemu lagi disini", katanya dengan muka baik kembali.
"Iya, bu. Makasih banyak", kataku.
Setelah memberi salam, aku membuka pintu dan berkata pada diriku sendiri. "Semoga, semoga nggak"...
13.
Kami mengetahui keadaan sesungguhnya, kira-kira
Aku gak banyak bercerita tentang wawancara mengerikan itu pada kawan-kawanku. Aku memilih memberikan gambaran yang baik buat Aslam yang satu-satunya belum masuk.
Setelah semuanya selesai, kami semua kembali ke kamar. Dan modi kembali ke rombongan cewek.
Sepertinya kami yang paling awal selesai. Semua ruangan masih sibuk menyeleksi calon siswa. Itu merupakan anugrah yang berarti gak ada antrian di kamar mandi dan paviliun makan. Kami putuskan untuk ganti baju, shalat, dan makan siang.
Aku pusing, lapar, dan gerah. Setelah ganti baju, kami pergi wudhu dan shalat Dzuhur. Sekalian menyegarkan diri.
* * *
Kami mengambil satu pelajaran dari antrian makan di paviliun. Ambillah bangku terdekat dari dapur dan kau kan mendapatkan makananmu dalam sekejap. Kami pun mengambil tempat dekat dapur.
Satu lagi, kami menyesal gak memilih menu 'Ayam goreng lalapan + Sup' yang ratusan kali lebih komplit dari Nasi goreng apa adanya yang kemarin malam kami makan.
Baiklah, mungkin ini makanan terakhir dan terlezat. Kupon ku sudah habis, dan berarti setelah makan sian, kami tinggal menunggu mobil jemputan dan meninggalkan sekolah ini.
* * *
Kami kembali ke kamar dan menunggu mobil sambil bernyanyi. Sebagian lagi saling mengejek, mendorong, dan berkelahi seperti anak bego. Menurut sumbernya Modi, mobil udah on the way kesini, tapi lagi ada macet di bendungan Bili-bili. Ya, setidaknya ada waktu untuk mengistirahatkan otak dan otot setelah berjuang habis-habisan hari ini.
Tiba-tiba, seorang kakak kelas membuka pintu dan mencari sesuatu dalam laci. Setelah itu, dia menutup pintu dengan keras, dan aku mendengar semacam umpatan kotor.
Kami mengetahui maksud kakak tersebut. Kira-kira.
Memang sih, sekolah udah mulai sepi karena para pendaftar sudah pulang sejak selesai makan siang. Dan kayaknya tinggal kami yang masih tersisa.
Daripada harga diri keinjak-injak, kami memutuskan berkemas dan siap-siap pulang. Lebih baik menunggu di lapangan basket, pikirku. Selain aman, segar, juga plus view indah dari lembah kuda tadi pagi.
Setelah siap, kami menuju asrama cewek dan menjemput para wanita.
Seandainya kami membawa bola basket, mungkin itu alternatif utama untuk menunggu mobil. Sayang, kami hanya duduk untuk melihat permainan amatir dari kakak kelas berengsek tadi. Kupikir nenekku yang sekarat bisa bermain lebih bagus daripada itu.
Bosan, akhirnya Jusma mengeluarkan kartu ilegalnya dan kami akhirnya bermain...
14.
Kuakui, aku jatuh cinta padamu !
Akhirnya mobil Avanza silver pesanan udah datang. Setidaknya jauh dari Panther matic Kuning Tai kemarin. Kami pun naik, namun tampaknya awan menampakkan cuaca yang buruk dan hari yang mulai gelap efek dari global warming yang semakin menggila membatalkan rencana kunjungan kami ke hutan pinus, kebun teh, dan penjual tenteng.
Kami pulang.
Sepanjang perjalanan pulang, aku berdiam diri menghadapi guncangan mobil yang diakibatkan belokan tajam yang berkali-kali. Lagu SheilaOn7 - Berhenti Berharap secara acak berputar dalam otakku melihat cuaca yang gelap ini. Ditambah hatiku yang sedang gundah, ini lagu yang cocok.
Namun ... ada beberapa hal yang pasti kurindukan dari sekolah ini. Pemandangan lembah dari balik jendela paviliun makan, riuh suara jangkrik dan nyiur suara daun bambu yang bergesekan pada malam hari, aroma pohon pinus, dinginnya air kakus, kakak kelas dengan outfit yang khas, nasi goreng yang mulai kusuka, tempat tidur berdecit, dan terutama bantal guling pink ku.
Aku malu mengungkapkannya, tapi aku rasa aku mulai mencintai tempat ini. Dan mungkin aku bisa saja berubah pikiran.
Dengan akhir cerita bahagia itu, kami kembali ke Makassar. Bubbey, Sky high...
P.S. : Selamat buat Rapip, Ipul, Dadang, Cici, dan Ulul yang lulus dan mendapat restu sekolah disana. Walaupun Ulul agak ragu, tapi yakinlah semua ada jalannya. Percaya sama Tuhan, lakukan yang kamu bisa dan Tuhan akan melakukan yang kamu tidak bisa. Sampai jumpa di Olimpiade Internasional.
salam super.
Bukti-bukti pelaku yang terlibat dalam peristiwa ini :