Aku sudah tiga kali menyaksikan teman-temanku kehilangan sosok orangtua, ini berarti tiga kali lebih banyak dari yang nggak pernah kuinginkan...
Innalillahi Wainnailaihi Rojiun...
Beberapa hari yang lalu, seorang ayah telah meninggalkan dunia. Ayahanda dari seorang kawan baik, ceria, suka menolong, dan sparring partner yang sportif.
Tadi pagi,seorang ibu juga meninggalkan anaknya. Seorang anak yang ceria, riang, dan gembira. Setia kawan dan senantiasa bersedia merangkai mimpi bersamaku.
Tadi pagi,seorang ibu juga meninggalkan anaknya. Seorang anak yang ceria, riang, dan gembira. Setia kawan dan senantiasa bersedia merangkai mimpi bersamaku.
Sayup-sayup buah bibir pun bertebaran. Manusia selalu saja berkata:
"Ia mati karena stroke..."
"Ia mati karena kanker..."
"Ia mati karena... ya memang..." (jawaban tukang becak) dll, sebagainya...
Namun sebenarnya, manusia itu mati karena ia telah dilahirkan. Jika saja ia tidak dilahirkan, ia nggak mungkin mati.
Namun dilahirkan bukanlah sebuah pilihan, melainkan takdir yang telah diatur. Begitu juga kematian, sehingga mereka bersama-sama membangun sebuah siklus yang tak pernah berhenti hingga hari akhir.
Dipindahkan, dihilangkan, yang berarti gak kemana-mana. "mereka yang kita sayangi akan selalu ada disini, di dalam hati kita.", begitu kata Sirius Black.
Semoga almarhum ayahanda Mono dan Ibunda Al-Amir Rafsanjani dapat diterima disisi-Nya dengan baik dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, kekuatan, serta rezeki yang banyak. Amin.
sabar, kawan... |